Friday, January 25, 2013

Terjebak Keangkeran Single Track Sadahurip

Kamis, 24 Januari 2013
Gowes bareng Kang Yogi cs. Ke Talagabodas akhirnya terlaksana juga. Dari Bandung 6 orang dari Kgc Garut Mtb 4 orang. Total jadi 10 orang.
Tiba di puncak Talagabodas langsung foto2 sepuas-puasnya. Berburu view cantik yang tidak ada habis-habisnya. Hampir 1 jam lebih berfoto ria sambil menunggu nasi liwet Kang Ocot matang.

Pasca maksi dengan menu sederhana goreng jengki, ikan asin dan sambal terasi. Perjalanan langsung dihadapkan pada golden trek di tengah hutan talaga bodas yang masih perawan. Lebih kurang 4 kilometer menjajal keperawanan sigle track Talagabodas.
Walaupun turunan, tapi jersey basah oleh keringat. "Mungkin, karena adrenalin yang muncrat Kang!", ujar Kang Yogi saat saya melontarkan keanehan  tubuh berkeringat padahal trek turun terus.

Single track selanjutnya adalah golden track hutan pinus yang diselingi palawija. Cukup renyah dan garing. Sampai akhirnya tiba di track gunung Sadahurip, yang terkenal angker, karena seringnya memakan korban terjatuh atau terjugkal.

Sigle track yang mayoritas jalur sempit diapit tebing dan jurang dangkal atau sawah. Kudu dicumbu dengan konsentrasi yang tinggi. Meleng sedikit, dipastikan akan terjungkal masuk ke jurang dangkal berupa kebun jagung dan padi.
Agar tidak terlalu tegang seringkali diperlukan intermezo berupa ledekan atau guyonan yang bisa membuat saraf tidak terlalu tegang.

Di sebuah tikungan yang berupa jalur silet, sebuah pematang di bibir tebing Gunung Sadahurip. Suasananya sangat tegang.
Meskipun begitu sesekali terdengar spontan ledakan tawa yang membahana saat ada satu dua orang yan terjungkal. Bahkan, tampak kaki terangkat ke atas, dengan posisi kepala dan tubuh tertindih sepeda!

Sebagai seorang yang mendapat giliran sebagai road captain. Beberapa kali saya berteriak mengingatkan agar hati2, banyak jurang dan jalur yang cukup riskan terjatuh.

Saat rombongan, tertinggal jauh. Saya, beristirahat. Timbul ide jahil. Suasana sore itu sangat mencekam. Di tengah gunung, mendung dan sangat sunyi serta suara serangga malam yang mulai menjerit.

Di sebuah jalur silet di bibir tebing, sebelah kiri perkebunan palawija sedalam setengah meter. Sepeda disembunyikan di semak-semak. Tubuh, saya benamkan di bibir tebing. Menanti, menahan nafas. Harap-harap cemas menanti sang korban. Cukup lama menanti. Sampai pada saatnya...

Tampak Kang Dadan Difa, pelan-pelan mendorong sepedanya. Matanya tertunduk ke arah jalan yang sangat sempit. Tampak dia berkonsentrasi penuh. Dia, tidak menyadari sama sekali apa yang ada di hadapannya.

Tepat, saat setengah langkah lagi tiba di tempat saya bersembunyi. Saya, secepat kilat muncul dari balik semak-semak yang menempel pada tebing sambil berteriak sekeras mungkin dengan tangan siap menerkam: "WHAAAAAAA....!!!"
Seperti dihipnotis, Kang Dadan, Spontan berteriak:"WHUUUAAAAAAAAAAA....!!!", suara kaget Kang Dadan lebih keras, lebih dahsyat, tanda kaget yang tidak terperikan!
Matanya terbelalak, mulutnya ternganga dan tubuhnya kejang dalam sesaat.

Sampai akhirnya, dia mengumpat panjang lebar, sambil ngakak. Mentertawakan dirinya sendiri. Saya sampai ngakak terpingkal-pingkal sambil terbugkuk-bugkuk menahan ketawa....