Thursday, December 13, 2012

Trek Karaha-Talagabodas ala Aura Kasih



Gunung Talagabodas mempunyai ketinggian 2201 meter dari permukaan laut. Ketinggian 2,201 meter (7,221 ft). Gunung yang beberapa hari ini kembali ramai dikunjungi wisatawan, terletak di 13 km dari Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut Jawa Barat. Tepatnya pada kordinat 7°12′29″S 108°04′12″E /7.208°LS 108.07°BT.

Secara geologis gunung ini termasuk jenis stratovolcano yaitu gunung berapi yang tinggi dengan lava dan abu vulkanik yang mengeras. Di pucaknya terdapat danau yang airnya berwarna putih, mungkin dari warna yang muncul inilah disebut Gunung Talagabodas (Bahasa Sunda, talagabodas=danau putih). Bagi yang pernah ke Kawah Putih di Ciwidey, panorama di Talagabodas akan merasakan de ja vu.

Dua kilo meter dari danau Talagabodas, terdapat pemandian air panas seperti di kawah Darajat, Guntur atau Kamojang. Hanya saja, pemandiannya masih dikelola secara tradisional. Pemandian ini, sangat unik. Bahkan, dianggap keramat oleh sebagian orang.

Tidak aneh, pohon-pohon di sekitar pancuran air panas yang berjumlah 7. Banyak sekali (maaf), pakaian dalam bekas pengunjung yang mandi. Alasannya, mulai dari membuang sial, enteng jodoh, ingin kaya atau menyembuhkan penyakit.

Hampir 2 bulan sejak Nopember lalu, Kawah Talagabodas mulai ramai kembali dikunjungi oleh wisatawan. Memang masih didominasi wisatawan lokal, yang berkunjung menggunakan truk besar, truk pick up, minibus, atau motor.

Kembali menggeliatnya keramaian di Talagabodas terjadi, karena akses jalan yang dulu pasca reformasi hancur total. Telah diperbaiki, cukup mulus beraspal. Walaupun belum di hotmix. Namun, melihat kondisi limpasan air di sepanjang badan jalan di beberapa titik. Diprediksi, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dipastikan jalan kembali hancur total.

Mungpung, masih mulus. Kgc-ers Garut untuk kali ketiga mengayuh sepeda dari Garut kota. Jarak Garut kota- Wanaraja bisa ditempuh 20-30 menit. Karena sangat datar, bahkan cenderung turunan. Dari alun-alun Wanaraja, tepatnya di depan mesjid Jami Wanaraja. Belok kanan. Ke jalan Talagabodas. Dari kota kecamatan Wanaraja ke puncak Talagabodas kurang pebih 13 km.

Perlahan tapi pasti, kita disuguhi tanjakan demi tanjakan yang sangat menggoda selera. Pada awalnya, tanjakan enteng di kilometer 3. Selanjutnya, 3 kilometer kita menghadapi tanjakan sedang. Dibutuhkan kesabaran dan kemampuan fisik yang cukup untuk mencumbu tanjakan ini.


Kemudian, kesabaran dan ketabahan kembali diuji dengan tanjakan "superdodol" sejauh 1,3 km. Perjalanan sengaja mengambil shortcut, melewati perkebunan palawija. Memang jaraknya lebih pendek, tetapi tanjakannya cukup edun.  Bisa digowes, tapi tidak lama. Kembali harus TTB. Cuaca dan obral matahari yang lagi promo, menjadikan tengkuk dan wajah seperti dibakar.

Untuk menghilangkan penat. Sesekali, bernarsis ria di tengah bukit dengan pemandangan kota garut, pesawahan, serta palawija yang menghijau. Tentunya dengan senyuman di tengah kelelahan mendorong sepeda.

Sepeda kembali bisa dikayuh setelah tiba di pertemuan jalan shortcut via Pasir Anjing dengan jalan aspal. Jarak yang terekam di endomondo, menunjukan angka 1,8 saat tiba di basecamp bekas proyek Karaha. Jarak tersebut ditempuh selama 1 jam lebih 10 menit. Sambil, kembali rehat, maksi dan sholat dhuhur.

Kita dibuat terkesima, dan tersentil mata hati. Saat melihat 7 anak perempuan sedang membersihkan mesjid. Padahal jarak mesjid ke rumah mereka sekitar 1,6 km! Silakan klik:

http://gowesgarut.blogspot.com/2012/12/sentilan-keihlasan-dari-seorang-anak.html? zx=7d5101d9bba49310

Jarak dari basecamp, ke puncak Talagabodas tersisa lebih kurang 4 km lagi. Jalan yang tersisa 4 km, tidak akan menemukan tanjakan berat. Sehingga bisa ditempuh sekitar 1-2 jam. Terserah kesanggupan fisik.

Karena hari minggu, pengunjung yang berduyun-duyun menggunakan berbagai kendaraan, terutama motor. Menjadikan para pencinta sepeda harus sering mengalah. Menepi, bahkan turun. Jalan yang sempit, seringkali terlalu riskan terserempet truk atau minibus.

Apatah motor yang ugal-ugalan, mengebut seperti dikendarai setan. Membuat kami, mgambil keputusan putar balik. Disimpulkan tidak akan nyaman di puncak atau di kawah. Dipastikan penuh sesak, membuat kita tidak nyaman. Akhirnya di tengah perjalanan, langsung balik kanan. Membelok ke arah Karaha.


Walaupun tidak sampai ke puncak. Subhanalloh, walhamdulillah...kita disuguhi sajian single trek yang sangat lezat. Turunan, kontur tanah. Di tengah hutan pinus yang sekitarnya ditanami tomat dan cabai. Hilang sudah rasa lelah. Terbayar oleh kegurihan dari sigle trek yang sangat nikmat.
Tembus di sebuah kampung, sejauh mata memandang.

Cantik! Itulah kata yang terlontar. Kami semua berkhayal, seandainya mempunyai rumah di puncak bukit ini. Hidup akan terasa aman, nyaman, senang. "Tiis ceuli herang mata". Bahkan, kami bercanda. Seandainya Aceng menyimpan isteri muda ABG yang dinikahi siri. Dipastikan tidak akan tercium oleh media massa. Setelah minum kopi di sebuah warung kecil di pinggir jalan makadam. Kami kudu mendorong sepeda lebih kurang 60 meter.


Setelah itu? Kembali suguhan alam yang hijau ranau, dengan single trek yang maknyos. Membuat lupa sama anak mertua. Sesekali diselingi tanjakan ringan 2-3 meter, tanda pergantian ketinggian. Tapi, tetap masih bisa digowes. Melewati parit di tengah bukit dengan jembatan bambu kecil. Membuat trek sangat memacu adrenalin, dengan turunan dan tanjakan ringan yang renyah.

Dan .... Allahu Akbar! Subhanallah! Takbir dan tasbih terucap spontan. Betapa tidak. Hamparan alam yang menghijau di bawah bukit sangat indah. Tampak, jalan yang berliku-liku. Meliuk-liuk di sekitar punggungan gunung nun jauh di bawah sana. Sawah dan perkebunan palawija serta hamparan karpet alam hutan, langsung menyejukan hati. Gunung Sadahurip yang beberapa waktu lalu dihebohkan sebagai piramida. Tampak sangat anggun. Punggungnya dibalut hijau tumbuhan palawija. Guratan, garis sengkedan tanah seperti lukisan asesoris. Mempercantik keanggunannya.



Biru langit dan ulasan gumpalan awan putih di atas sana. Sepertinya bisa kita raih, seperti iita meraih gumpalan kapas putih. Tidak puas-puasnya, dan tidak akan habis-habisnya. Melakukan aksi narsis di puncak bukit di pertengahan Talagabodas-Karaha ini. "Subhanallah, ternyata ada ya pemandangan sedahsyat ini!!!" Ujar kang Yudhi dan kang Richy yang baru pertama menginjakan kaki di sini.

Setelah cukup puas dengan pemandangan yan tiada duanya di dunia. (Meureun...da sepertinya kita mah. Jarang gowes keluar dari Garut gkgkgk...).  Mencumbu turunan, kembali dilanjut. Sepeda kesayangan betul-betul dimanjakan di trek ini. Sesekali kita mendapat hiburan, saat ada yang terpentok pohon pisang. Tertawa geli, saat melihat yang tertatih-tatih, terpaksa menuntun sepeda. Karena pematang yang seupil, menempel pada tebing, dengan jurang dangkal di sebelah kiri. Bukan, sekali dua kali, yang menjadi korban di sini.



Trek, turun, turun, turun dan terus turunan. Melewati hutan bambu, kolam, kebun palawija, serta bibir jurang dengan sungai deras di bawahnya. Sesekali, berteriak mengingatkan bila ada jalan yang membahayakan. Sehabis turunan yang jalannya teramat tipis. Turunan terus mencumbu si spezy dan kawan-kawan.

Tiba di sebuah puncak bukit kecil. Kembali, kita terhenyak dengan pemandangan yang tidak kalah eksotik dengan yang di atas tadi. Sebuah pohon meranggas di puncak bukit. Menambah kecantikan lukisan alami di tengah pegunungan. Kami namakan Pohon Kejujuran 2, sebagai pengganti Pohon Kejujuran 1 di Cisaruni yang rantingnya telah lenyap.

Kembali berfoto ria, dengan jempol dan senyum lebar tanda orgasme bersepeda yang terpuaskan selama perjalanan. MANTAP!

Pascabukit yang ciamik, kita masih disuguhi turunan tajam. Yang ragu-ragu atau kurang mahir kontrol handlebar sebaiknya turun saja. Walaupun sebenarnya, sangat disayangkan. Karena tidak bisa menikmati mucratnya adrenalin di trek super turunan di tengah hutan bambu. Dahsyat..thank you Allah. Yang telah memberikan trek baru yang begitu indah dan gurih di Karaha-Talagabodas ini.

Penasaran? Buktikan!

No comments: